Monday 24 October 2016

Jangan Minum Herbal, Nggak akan Sembuh!

Jangan Minum Herbal, Nggak akan Sembuh!
Pernah dengar ungkapan diatas? Apalagi jika ungkapan di atas ditambahkan juga:
Saudara saya, yang sakit blah blah blah, udah pakai herbal 3 bulan, eh malah meninggal..!
Sounds familiar? Ya, itulah sebagian pendapat yang beredar di masyarakat luas. Dan ini, seringkali diamini oleh orang-orang yang memang anti herbal dan thibunnabawi.

Pertanyaannya, kenapa sih bisa muncul ungkapan diatas? Ada banyak faktor. Salah satunya adalah seringkali, pasien baru menggunakan pengobatan herbal/thibunnabawi setelah penyakitnya parah. Dan setelah diberi herbal/terapi thibunnabawi, qadarullaah, pasiennya meninggal, yang disalahkan adalah pengobatan terakhirnya, yakni herbal/thibunnabawi. Ironisnya, jika sang pasien tetap berobat medis barat, jika pasiennya meninggal, tanggapannya adalah “Memang sudah waktunya. Kita ikhlaskan saja”

Saya tidak akan membahas panjang lebar tentang kontradiksi diatas, tetapi disini saya akan ungkapkan bahwa konsep pengobatan herba, berbeda dengan konsep pengobatan barat. Salah satunya adalah tentang Rukun Penyembuhan.

Apa itu Rukun Penyembuhan?

Konsep Pengobatan Herba mempunyai beberapa Rukun Penyembuhan. Seorang pasien perlu dibimbing untuk memenuhi semua rukun-rukun penyembuhan tersebut supaya mendapat hasil optimal dan khasiat herba yang dikonsumsi. Rukun Penyembuhan tersebut adalah:
  • Keyakinan
  • Amalan yang berketerusan (kontinyu)
  • Munculnya krisis penyembuhan (Healing Crisis)
  • Dosis yang mencukupi

Keyakinan
Pertama kali, harus ditanamkan kepada pasien maupun perawat (terapis) bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya dan obat herba yang diberikan kepadanya merupakan obat yang berkualitas. Keyakinan ini adalah sangat penting kerana ia merupakan pintu penyembuhan yang perlu dibuka terlebih dahulu.

Keyakinan ini akan membangkitkan tenaga atau semangat yang sangat penting untuk membantu mengembalikan sistem imunitas. Mengkonsumsi herba dalam keadaan yang tidak yakin akan membuahkan usaha yang sia-sia.

Amalan yang Berketerusan (Kontinyu)
Artinya kita harus istiqomah dan sabar menantikan tubuh yang sedang menjalani proses penyembuhan melakukan perbaikan ke seluruh tubuh secara menyeluruh (total healing). Apabila kita menyadari bahwa sumber penyakit datang dari makanan sehari-hari yang mengandung toksid (zat beracun), maka sudah seharusnya mengkonsumi herba menjadi hal yang harus dirutinkan dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit timbul setelah sekian lama gangguan organ terjadi. Begitu juga obat memerlukan tempo atau waktu untuk menjalani proses pemulihan sel-sel yang telah rusak.

Krisis Penyuembuhan
Krisis penyembuhan (healing crisis)adalah tanda-tanda yang menunjukkan herba sedang bekerja yang disebut juga dengan istilah Direction of Cure (DOC). Beberapa tanda DOC yang muncul karena pengkonsumsian herba antara lain:
  • Muncul penyakit baru. Seringkali kita menjumpai seseorang yang menggunakan herba mengalamihealing crisis, dimana nampak semakin bertambah penyakit yang keluar, separti perempuan yang mengalami keputihan, jerawat, gatal-gatal dan lain-lain.
  • Berpindah penyakit dari bagian tertentu kepada bagian yang lain. Kita juga sering lihat perubahan beberapa penyakit separti orang yang menderita asma setelah mengkonsumi herba mengalami gatal-gatal di kulit.
  • Terasa sakit di bagian pinggang dan telapak kaki. Sistem saraf yang mempengaruhi keadaan ini dimana rasa sakit akan terasa seolah-olah berpindah turun ke bawah terutama di sekitar pinggang dan langsung ke telapak kaki. Telapak kaki dihubungkan ke wilayah refleksi untuk perawatan seluruh tubuh.
  • Penyakit lama muncul kembali. Pengulangan simptom (gejala) penyakit yang pernah diderita dahulu.

Dosis yang Mencukupi
Penggunaan herba yang tepat haruslah disesuaikan dengan berat badan pasien. Dalam hal ini perbandingannya adalah10kg : 1 gr. Artinya setiap berat badan 10kg memerlukan 1 gram herba yang harus dikonsumsi.

Allah lah yang Menyembuhkan
Kita semua haruslah meyakini, penyebab seseorang sembuh dari penyakitnya bukan karena obat. Juga bukan karena keahilan dokter/tabib yang mengobatinya. Semua itu hanyalah washilah. Yang pasti, Allah lah yang menyembuhkan. Oleh karena itu, pasien, keluarga bahkan dokter yang merawat pasien yang sakit, wajib berdoa:

اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ اَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ فَأَنْتَ الشَّافيِ لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَماً

Allahumma Robbannasi Adzhibilba’ Sa Isyfi Antasysyafi La Syifauka Syifa’ An la Yughodiru Saqoma.

Ya Allah, Tuhan manusia, lenyapkanlah segala penyakit, sembuhkanlah, Engkau Tuhan yang menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan suatu penyakitpun.” (HR. Bukhari dan Muslim)